Oleh: Abi Ananda Rasyid | Maret 7, 2007

Sarapan (Pagi) Musibah


Good Lucky ataukah Good Management

Dua hari belakangan ini, bangsa kita disuguhi dengan sarapan musibah. Yah… hari gini masih pengen makan enak……

Pagi ini, Rabu 7 Maret 2007 pesawat Garuda GA200 PK-GZC mendarat dengan keras (hard landing) di bandara Adi Sucipto Yogyakarta akibatnya pesawat ‘ngeluyur’ sampai ke sawah di ujung landasan dan terbakar. Korban jiwapun tak terhindarkan.

Pagi hari sebelumnya, Selasa 6 Maret 2007, bangsa kita menikmati ‘sarapan’ gempabumi tektonik di Padang Sumatera Barat. Gempa berkekuatan 6.4 SR diperkirakan akibat pergerakan patahan Semangko yang membujur Sumatera. Korban jiwapun pasti tak terelakan. Tahun lalupunYogyakarta dihentakan dengan gempa dahsyat Sabtu 27 Mei 2006 dipagi hari.

Gempa SolokGempa YogyakartaGaruda GA200 PK GZC

Gambar: Gempa Solok (060307), Gempa Yogyakarta (270506), Kecelakaan GA200 PK-GZC (070307)

Itulah rentetan musibah dan bencana yang terus silih berganti menggelayuti bangsa kita, Indonesia, yang dikenal lebih santri (baca: relijius), bangsa yang beragama. Di Taipei, teman-teman mahasiswa muslim Indonesia sering mengelus dada seraya bernyanyi”…itulah Indonesia …”. Mengapa bencana dan musibah datang sedemikian seringnya di negeri yang beragama ini? Inilah pertanyaan yang sering muncul dibenak kita semua. Ulama menenangkan ummatnya dengan menjelaskan bahwa semua bencana dan musibah adalah atas seijin Allah SWT. Dia-lah yang menguasai seluruh yang ada di semesta ini. Kita makhluknya hanya diberikan amanah untuk menjalankan tugasnya sebagai hamba dan khalifah agar bumi ini tidak rusak. Marilah kita renungkan firman-firman Allah SWT dalam Kitab-Nya yang Agung, Al-Qur’an :

 

 

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuura [42]: 30)

 مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghaabun [64]: 11)

Membaca ayat-ayat tersebut memang sudah jelas bahwa musibah yang menimpa manusia adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri (human error or bad-management) dan juga atas ijin Allah SWT (supreme power). Wilayah manusia adalah menggarap apa yang memang menjadi tanggung jawabnya yaitu perbuatannya. Urusan ijin Allah (baca: takdir) itu bukan urusan manusia.

Ada yang menarik dari perbincangan dengan teman-teman mahasiswa muslim Indonesia di Taiwan melalui milist fosil-mmit@yahoogroups.com. Saat ini tengah bertarung “Good Lucky” vs “Good Management”. Hampir semua musibah kecelakaan yang terjadi dapat dimasukkan kedalam human error atau bad-management. Mulai dari tidak tertibnya mengguna jasa, nakalnya operator, ‘selingkuhnya’ regulator dengan operator. Ketika pesawat Adam Air KI-176 PK-KKI hilang ditelan langit Sulawesi, semua orang tahu akibat buruknya management dan perawatan pesawat tersebut. Dari umurnya saja pesawat itu harusnya mulai dipensiunkan, apalagi kalau dilihat rekam jejak pesawat tersebut, terus kalau yang sudah pernah naik pesawatnya pasti setuju kalau pesawat itu memang baru di’pernak’ (refurbish). Kebetulan pernah juga saya naik Adam Air dari Yogyakarta ke Jakarta. Kemudian orang beramai-ramai beralih ke Garuda yang disangkakan management dan perawatannya lebih baik daripada maskapai swasta nasional lainnya dan umur rata-rata pesawat Garuda pun lebih muda. Sewaktu pulang liburan musim dingin, Januari 2007 lalu, benar saja tiket Garuda laris manis yang biasanya saya masih kebagian tiket Jakarta – Yogyakarta jam 16.06 WIB dengan pesawat GA 210, tiket pesawat yang malampun tidak didapatkan lagi. Memang orang telah benar-benar yakin kalau pesawat Garuda lebih baik dan aman sampai-sampai sang isteri tercinta disetiap telepon dan sms-nya berpesan “naik Garuda saja jangan yang lainnya”.

Ternyata, peristiwa di pagi hari ini menunjukkan bahwa wajah transportasi kita ini memang benar-benar “good lucky” bukan karena “good management”. Jadi pesawat lainnya tinggal menanti giliran (Ya… Allah semoga tidak terjadi musibah yang lebih buruk lagi, cukuplah ini menjadi pelajaran bagi kami.)


Tanggapan

  1. Saya setuju, karena good lucky saja penerbangan lain selamat. Saya jadi was-was juga karena dua minggu lagi saya harus tugas luar naik pesawat perintis ( Pelita ) ke Makassar. Terimakasih dan salam eksperimen.

  2. @ Pak Paijo..

    Bapak juga bereksperimen dengan naik pesawat perintis Pak?

  3. semua yang menggunakan alat transportasi kita, baik darat (baca; kereta api), laut, dan udara, adalah para pecinta experimen…. dan patut kita acungi jempol… dan kalo hal itu terjadi di amerika, para penumpang sudah pantas disebut sebagai ‘peserta FEAR FACTOR’…. dan pemenangnya akan mendapatkan hadiah usd 50.000. tapi di indonesia, pemenangnya (baca; korbannya) hanya mendapatkan perawatan yang seadanya, dan menjadi selebritis dadakan. muncul di kilas berita. wallahu ‘alam

  4. Ya musibah memang terjadi atas kuasa-Nya, dan kita pun harus pula selalu intropeksi diri. Semua yang terjadi memang sesuatu yang tidak kuasa untuk di tolak, seperti misalnya kita mengharapkan rejeki. Semuanya hanyalah kembali kepada keharibaan-Nya.

  5. Sedih sekali.. indonesia.. bencana lagi……
    Utung aja.. Din syamsudin.. masih selamat.. padahal hari itu ada acara ke UMY lho…
    Semoga kedepannya.. RI semakin baik.. bukankan dibalik kesulitan ada kemudahan…?

  6. saya turut ber duka cita atas terjadi nya musibah di padang
    semoga saudara2 saya di padang tabah mengalamin cobaan ini yg telah melanda sumatra barat.


Tinggalkan Balasan ke roy Batalkan balasan

Kategori